11. PARANGTRITIS
SEJARAH nama Parangtritis bisa
dibilang cukup menarik. Konon, ada seorang pelarian dari Kerajaan Majapahit
bernama Dipokusumo yang melakukan semedi di kawasan ini. Ketika sedang
bersemedi, ia melihat air yang menetes (tumaritis) dari celah-celah batu karang
(parang). Kemudian ia memberi nama daerah tersebut Parangtritis yang berarti
air yang menetes dari batu.
Pantai Parangtritis diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti
yang terdiri dari Gunung Merapi, Keraton Jogja, dan Pantai Parangtritis itu
sendiri. Masyarakat setempat meyakini Pantai Parangtritis merupakan bagian dari
daerah kekuasaan Ratu Selatan atau yang dikenal dengan nama Nyai Roro Kidul.
Menurut mereka, Nyai Roro Kidul menyukai warna hijau, oleh karena itu wisatawan
yang berkunjung ke Parangtritis disarankan tidak memakai baju berwarna hijau.
Selain sarat dengan kisah misteri Nyai Roro Kidul, Pantai Parangtritis juga
dikisahkan sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga
sesaat setelah Panembahan Senopati selesai menjalani pertapaan. Selain terkenal
sebagai tempat rekreasi, Parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak
pengunjung yang datang untuk bermeditasi. Pantai ini merupakan salah satu
tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari Keraton Jogjakarta.
Keistimewaan
Parangtritis adalah sebuah pantai
yang landai dan mempesona dikombinasikan dengan bukit berbatu, bukit pasir,
dengan pasir berwarna hitam. Pantai Parangtritis yang cantik memiliki banyak
fenomena yang menarik, baik pemandangan alamnya maupun kisah supranaturalnya.
Ombak Parangtritis selalu membawa kayu dan bambu menuju darat yang mungkin
berasal dari pantai lain di dekatnya. Beberapa kayu diambil dan dibawa oleh
penduduk setempat untuk kemudian digunakan di rumah mereka sendiri. Pantai
Parangtritis juga merupakan sebuah kawasan wisata yang sempurna untuk menikmati
matahari tenggelam (sunset) yang sangat romantis.
Komplek yang termasuk kawasan wisata
Pantai Parangtritis meliputi: Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai
Depok, Dataran Tinggi Gembirowati, Petilasan Parangkusumo, Pemandian
Parangwedang, Makam Syeh Maulana Magribi, Makam Syeh Bela Belu, Makam Ki Ageng
Selohening, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok, dan Gumuk Pasir (barchan). Di
Parangkusumo terdapat kolam permandian air panas (belerang) yang diyakini dapat
menyembuhkan berbagai penyakit dalam. Kolam ini diketemukan dan dipelihara oleh
Sultan Hamengku Buwono VII. Adanya komplek kerajinan kerang, hotel bertaraf
Internasional (Queen of South), serta penyewaan paralayang, dokar wisata, kuda,
dan motor ATV (All-terrain Vechile), juga para penjual jagung bakar dan
jajanan-jajanan tradisional lainnya di Parangtritis ikut menyemarakkan
pariwisata di wilayah ini.
Anda juga dapat sedikit naik ke
bukit kecil yang berada di sisi utara Pantai Parangtritis. Di sana banyak
tersedia warung-warung kecil yang menawarkan pemandangan pantai yang
menakjubkan dari atas bukit. Sambil menikmati sebutir kelapa muda dan jajanan
ringan khas, Anda dapat merasakan angin pantai yang kencang berhembus sambil
menyaksikan pemandangan sepanjang garis Pantai Parangtritis yang terlihat semua
dari atas bukit tersebut. Jika Anda menginginkan medan yang lebih menantang,
Anda bisa juga mengungjungi Bukit Parangndog, yang terletak di sebelah timur
Pantai Parangtritis, pada perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten
Gunungkidul. Di Bukit Parangndog ini, terdapat sebuah tempat yang dikhususkan
untuk olahraga paralayang dan gantole. Untuk mencapai kawasan tersebut medannya
cukup berat dan menantang, namun sesampainya di atas, semua akan terbayar lunas
dengan pemandangan samudera luas tanpa batas dan tak terhalang apapun, cocok
sebagai tempat untuk menanti matahari tenggelam. Selain itu, Anda juga akan
disambut oleh warung sederhana dengan sapaan Ibu penunggunya yang ramah. Di
situ juga merupakan tempat parkir motor dan mobil. Dengan berjalan kaki naik ke
atas diantara bebatuan kapur, Anda akan mencapai tempat yang digunakan untuk
take off gantole.
Lokasi dan Fasilitas
Kawasan wisata Pantai Parangtritis
terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Jogjakarta,
sekitar 27 km sebelah selatan Kota Jogjakarta dengan jalan yang relatif datar
sehingga sangat mudah dicapai. Dari arah Kota Yogyakarta terdapat dua jalur
yang dapat dilalui untuk mencapai kawasan ini. Jalur yang pertama adalah jalur
lurus Jogjakarta – Jalan Parangtritis – Kretek – Parangtritis. Jalur ini
merupakan jalur utama yang biasa digunakan wisatawan maupun masyarakat luas
pada umumnya. Jalur yang kedua adalah jalur Jogjakarta – Imogiri – Siluk –
Parangtritis. Jalur ini memang lebih jauh namun menjanjikan panorama alam yang
juga jauh lebih indah dan menakjubkan. Sepanjang perjalanan naik turun bukit
tersebut (jangan khawatir karena jalannya sudah lebar dan beraspal halus) mata
Anda akan dimanjakan dengan areal persawahan yang luas menghijau, sungai yang
mengalir indah, serta deretan bukit karst. Dari atas bukit, Anda akan bisa
menyaksikan pemandangan pohon-pohon yang menghijau dari bukit-bukit di
bawahnya. Udara dijamin sangat sejuk dan segar, terlebih jika Anda pergi pada
waktu pagi hari atau sore hari. Selain itu Anda juga akan melewati lokasi Makam
Raja-Raja Imogiri.
Fasilitas di kawasan wisata ini
sudah cukup lengkap. Di sekitar pantai, terdapat banyak sekali hotel dan
penginapan dengan berbagai range harga, termasuk hotel dan penginapan yang
terletak di atas bukit yang menawarkan pemandangan pantai yang sangat indah. Di
sekitar kawasan pantai, Anda juga bisa menemukan berbagai macam toko souvenir
dan oleh-oleh khas Jogjakarta (Bantul), toko-toko kelontong, dan warung-warung
makan. Khusus mengenai makanan, sebaiknya Anda tidak melewatkan wisata kuliner
di Pantai Depok yang menyediakan ikan dan makanan laut segar lainnya, langsung
dibeli dan dimasak di tempat, dengan pilihan bumbu masakan yang sangat lezat.
Anda bisa membeli berbagai jenis ikan, udang, cumi-cumi, atau kepiting di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok dan menyewa jasa masak (yang sekaligus
menyediakan tempat makan lesehan, nasi, sambal, lalapan, dan berbagai jenis
minuman termasuk kelapa muda segar) di warung-warung yang berjejer di sepanjang
Pantai Depok. Menyantap seafood segar dan fresh from the kitchen ditemani
sebutir kelapa muda sambil menyaksikan pemandangan laut sungguh merupakan
pengalaman tak terlupakan. Dan jangan khawatir soal harga, karena harga seafood
segar dan mantap di Pantai Depok ini relatif murah dan terjangkau. Di Pantai
Depok juga terdapat pasar tradisional yang menjual berbagai macam jajanan khas
pantai, seperti ikan goreng, undur-undur goreng, peyek ikan , dan sebagainya.
Tersedia juga di sini rujak (buah-buahan segar dengan bumbu manis pedas) dengan
harga yang sangat terjangkau.
Kawasan wisata Pantai Parangtritis
juga menyediakan lahan parkir yang luas dan penyewaan kamar mandi. Sedangkan di
bibir pantai Anda bisa menyewa dokar (kereta kuda), motor ATV, kuda, maupun
paralayang yang sangat menantang adrenalin. Berfoto-foto di kawasan gumuk pasir
membuat Anda seolah-olah sedang berfoto-foto di gurun pasir di Afrika, tak
heran tempat ini sering digunakan untuk foto-foto prewedding. Disarankan Anda
tidak berenang terlalu ke dalam, karena ombak Pantai Parangtritis cukup
berbahaya.
Tiket masuk kawasan wisata Pantai
Parangtritis (meliputi seluruh kompleks) adalah Rp. 3000, - per orang ditambah
biaya asuransi sebesar Rp. 250, - per orang. Sedangkan retribusi untuk sepeda
motor adalah Rp. 5.000, -, mobil Rp.
10.000, -, dan bus pariwisata Rp. 15.000, -. Untuk menyewa kuda atau dokar, Anda
bisa membayar Rp. 20.000, - untuk satu kali putaran bolak balik, dan untuk
menyewa mobil ATV tarifnya adalah sekitar Rp. 50.000, - hingga Rp. 100.000, -
per setengah jam. [teks: http:// www.gamawisata.com, foto-foto: derichard h.
putra].
2.
CANDI BOROBUDUR
a. Sejarah
Siapa yang belum pernah mendengar tentang Candi Borobudur? Kemegahan,
keindahan, serta keunikannya telah membuat Candi yang dibangun oleh Dinasti
Sailendra antara tahun 750 – 842 M ini dikukuhkan menjadi salah satu dari tujuh
keajaiban dunia dan pada tahun 1991 ditetapkan oleh UNESCO di dalam Daftar
Peninggalan Sejarah Dunia (World Wonder Heritages).
Candi Borobudur pernah terkubur oleh lahar dingin letusan dahsyat Gunung Merapi
pada sekitar tahun 950 M dan baru ditemukan pada tahun 1814 saat Inggris
menduduki Indonesia. Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles mendengar
adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro, Magelang.
Karena minatnya yang besar terhadap sejarah Jawa (Raffles juga menulis buku
History of Java, 1817), maka Raffles segera memerintahkan H.C. Cornelius,
seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu
berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
Pemugaran pertama langsung dilakukan oleh Raffles, yaitu mulai menebangi
pepohonan dan menyingkirkan semak belukar yang menutupi bangunan raksasa
tersebut. Karena penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang yang
memulai pemugaran Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun
1835, seluruh area candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar pada
masa penjajahan Belanda dan terus dilanjutkan setelah Indonesia merdeka oleh
pemerintah Republik Indonesia dengan bantuan dari UNESCO. Seluruh proses pemugaran
selesai pada tahun 1984.
b. Keistimewaan
Banyak orang di seluruh dunia menjadikan Candi Borobudur sebagai tempat
yang wajib dikunjungi dalam hidupnya. Banyak teori yang berusaha menjelaskan
asal kata Borobudur. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan
berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara)
di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa
etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan
"para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain ialah bahwa kata Borobudur berasal dari kata bara dan budur.
Bara/vihara artinya kompleks candi dan budur atau beduhur artinya di atas atau
bukit. Jadi, borobudur bisa diartikan sebagai kompleks candi yang berada di
atas bukit.
Luas bangunan Candi Borobudur adalah 123 x 123 m dengan tinggi bangunan
34,5 m dan memiliki 1460 relief, 504 Arca Buddha, serta 72 stupa. Candi
Borobudur memiliki 10 tingkat (melambangkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang
harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha). 10 tingkat tersebut
terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar
melingkar, dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya.
Candi Borobudur dibangun sebagai perlambang dari banyak tahapan di dalam
teori Budha. Jika dilihat dari atas, Candi Borobudur berbentuk mandala (bentuk
tradisional Budha). Mandala adalah pusat dari gabungan antara seni Budha dan
Hindu. Bentuk dasar dari banyak mandala Hindu dan Budha adalah persegi dengan
empat titik masuk dan titik pusat yang melingkar. Baik dari segi eksterior
maupun interior, Candi Borobudur melambangkan tiga zona tingkat kesadaran
ditambah satu bidang utama yang menggambarkan kesempurnaan atau nirvana.
Zona pertama adalah Kamadhatu atau dunia fenomena, dunia yang dihuni oleh
kebanyakan orang, yang bisa juga diartikan dengan dunia yang masih dikuasai
oleh kama atau "nafsu rendah". Tingkat paling bawah Candi Borobudur
ini tertutup oleh pondasi penyokong bangunan, sehingga tidak terlihat. Zona
Kamadhatu yang tersembunyi ini terdiri dari 160 relief yang menggambarkan kisah
Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat. Relief-relief di sini
menggambarkan hawa nafsu manusia, seperti perampokan, pembunuhan, penyiksaan,
dan penistaan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa tingkat dasar ini ditambahkan
pada bangunan asli candi ini. Alasan penambahan bagian ini tidak 100 % pasti,
namun sepertinya untuk stabilitas struktur bangunan dan memperkuat pondasi
bangunan atau bisa juga karena alasan religius, yaitu untuk lebih banyak
menutupi konten-konten cabul. Bagian tambahan ini tingginya 3.6 m dan lebarnya
6.5 m. Sudut bagian bawah yang tertutup ini telah dibuka secara permanen
sehingga pengunjung dapat melihat pondasi yang tersembunyi termasuk beberapa
reliefnya.
Zona 2 Rupadhatu atau dunia transisi, di mana manusia telah terbebas dari
hal-hal duniawi, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini
melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Teras persegi
Rupadhatu berisi galeri relief batu pahat, juga rangkaian ceruk yang berisi
patung Budha. Secara keseluruhan, terdapat 328 patung Budha di dalam zona yang
juga memiliki banyak relief dengan hiasan murni ini. Manuskrip berbahasa
Sansekerta digambarkan di dalam zona ini melalui 1300 reliefnya, yaitu
Gandhawyuha, Lalitawistara, Jataka, dan Awadana. Relief-relief tersebut berjejer
sepanjang 2,5 km. Pada zona ini juga terdapat 1212 panel dekoratif.
Zona 3 Arupadhatu atau dunia tertinggi, tempat tinggal para dewa. Tiga teras
yang melingkar ke arah pusat atau kubah stupa menggambarkan kenaikan ke dunia
atas. Teras-teras di sini memiliki ornamen yang lebih sedikit, dan lebih
mengutamakan kemurnian bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana
manusia sudah terbebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun
belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang
ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu
masih tampak samar-samar. Total, ada 72 stupa seperti ini.
Tingkat paling tinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa
stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
c,. Lokasi dan
Fasilitas
Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten
Magelang, sekitar 40 km sebelah barat laut Jogjakarta, 7 km arah selatan Kota
Magelang, dan 100 km sebelah barat daya Semarang. Kompleks wisata Candi
Borobudur menyediakan fasilitas dan akomodasi yang cukup lengkap, seperti
hotel/penginapan, restoran/rumah makan, toko-toko cinderamata yang sangat
komplit, pom bensin, dan sarana komunikasi, seperti wartel dan warnet. Di
sekitar Candi Borobudur, juga banyak andong (sejenis kereta kuda) yang bisa
dimanfaatkan untuk berjalan-jalan di sekitar kompleks candi. Sedangkan di dalam
kompleks candi, juga terdapat kereta bermesin jika kita capek atau malas berjalan
sampai ke bangunan candi. Di dalam kompleks Candi Borobudur juga terdapat
museum-museum yang sangat menarik untuk dikunjungi. Harga tiket masuk Candi
Borobudur bagi turis lokal atau pemegang KITAS adalah Rp. 15.000, -
(Senin-Jumat) dan Rp. 17.500, - (Sabtu-Minggu). Sedangkan untuk turis asing
umum adalah 15 US$, sedangkan mahasiswa asing adalah US$ 8.
B. MUSIUM DIRGANTARA
YOGYA
Museum ini terletak di ujung utara Kabupaten Bantul perbatasan dengan Kabupaten
Sleman tepatnya di komplek Pangkalan Udara TNI-AU Adisucipto Yogyakarta. Museum
ini banyak menampilkan sejarah kedirgantaraan bangsa Indonesia serta sejarah
perkembangan angkatan udara RI pada khususnya. Selain terdapat diorama juga
terdapat bermacam-macam jenis pesawat yang dipergunakan pada masa perjuangan.
Beberapa model dari pesawat tersebut adalah milik tentara jepang yang digunakan
oleh angkatan udara Indonesia
Keberadaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala berdasarkan atas gagasan dari
Pimpinan TNI AU untuk mengabadikan dan mendokumentasikan segala kegiatan dan
peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Hal tersebut telah lama dituangkan
dalam Keputusan Menteri/ Panglima Angkatan Udara No. 491, tanggal 6 Agustus
1960 tentang Dokumen dan Museum Angkatan Udara. Setelah mengalami proses yang
lama, pada tanggal 21 April 1967, gagasan itu dapat diwujudkan dan
organisasinya berada di bawah Pembinaan Asisten Direktorat Budaya dan Sejarah
Menteri Panglima Angkatan Udara di Jakarta. Berdasarkan Instruksi Menteri/
Panglima Angkatan Udara Nomor 2 tahun 1967, tanggal 30 Juli 1967 tentang
peningkatan kegiatan bidang sejarah, budaya, dan museum, maka Museum Angkatan
Udara mulai berkembang dengan pesat. Berkat perhatian yang besar, baik dari
Panglima Angkatan Udara maupun Panglima Komando Wilayah Udara V (Pang Kowilu
V), pada tanggal 4 April 1969 Museum Pusat TNI AU yang berlokasi di Markas
Komando Udara V, di Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta, diresmikan oleh Panglima
Angkatan Udara Laksamana Roesmin Noerjadin.
Berdasarkan berbagai pertimbangan bahwa kota Yogyakarta pada periode 1945-1949
mempunyai peranan penting dalam sejarah, yaitu tempat lahirnya TNI AU dan pusat
kegiatan TNI AU, serta merupakan kawah Candradimuka bagi Kadet Penerbang/
Taruna Akademi Angkatan Udara. Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor
Kep/11/IV/1978, museum yang semula berkedudukan di Jakarta, kemudian
dipindahkan ke Yogyakarta. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf
TNI AU Nomor Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April 1978, museum yang berlokasi di
Kampus Akabri Bagian Udara itu ditetapkan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahyadi
menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, pada tanggal 29 Juli 1978 yang
bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti TNI AU. Perkembangan selanjutnya,
museum itu tidak dapat menampung lagi koleksi alutsista yang ada karena
lokasinya yang sukar dijangkau oleh umum dan kendaraan. Oleh karena itu,
Pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkannya ke gedung bekas pabrik gula di
Wonocatur Lanud Adisucipto. Sebelum pemindahan dilakukan gedung itu direhabilitasi
untuk dijadikan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17
Desember 1982, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani
prasasti sebagai bukti dimulainya rehabilitasi gedung itu.
Penggunaan dan pembangunan kembali gedung bekas pabrik gula itu diperkuat
dengan Surat Perintah Kepala Staf TNI AU Nomor Sprin/05/IV/1984, tanggal 11
April 1984. Dalam rangka memperingati Hari Bhakti TNI AU, tanggal 29 Juli 1984,
Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Sukardi meresmikan gedung yang sudah
direhabilitasi itu sebagai gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
Lokasi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala itu berada di Pangkalan Udara
Adisucipto, di bawah Sub Dinas Sejarah, Dinas Perawatan Personel TNI AU,
Jakarta.
Bangunan, Gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala yang ditempati sekarang
adalah bekas pabrik gula Wonocatur pada zaman Belanda, sedangkan pada zaman
Jepang digunakan untuk gudang senjata dan hanggar pesawat terbang.
Koleksi, Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala memamerkan benda-benda koleksi
sejarah, antara lain : koleksi peninggalan para pahlawan udara, diorama,
pesawat miniatur, pesawat terbang dari negara-negara Blok Barat dan Timur,
senjata api, senjata tajam, mesin pesawat, radar, bom atau roket, parasut dan
patung-patung tokoh TNI Angkatan Udara.
C. MALIOBORO
Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang
membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta.
Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan
Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton
Yogyakarta. Terdapat beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara
lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng
Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja,
ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak
ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan
rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di
kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga
nama-nama lokal. Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun lokal,
dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain
sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas
dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank,
hotel bintang lima hingga tipe melati.
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang
kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya,
hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai
souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas
Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan
lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan,
wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik
[semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih
banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya
diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai. Sehingga
saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling
berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan
banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.
Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan
Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak
sedikitnya laporan ke pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau
penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing juga menjadi korban kejahatan
dan ini sangat memalukan sebenarnya
0 comments