Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mecintaimu dengan sederhana:
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Sapardi Djoko Damono, (1989)
Puisi romantis yang sering dikutip para
pencinta itu merupakan karya apik seorang sastrawan sekaligus Guru Besar
Fakultas Sastra UI, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono. Beliau melanjutkan tradisi
puisi lirik dan berupaya menghidupkan kembali sajak empat seuntai atau kwatrin
yang sudah muncul di zaman para pujangga baru seperti Amir Hamzah dan Chairil
Anwar.
Sapardi Djoko Damono dilahirkan di Solo,
Jawa Tengah pada 20 Maret 1940. Suami ibu Wardiningsih ini dikaruniai dua anak,
Rasti Suryandani dan Rizki Henriko.
Bagi Sapardi, menjadi
penyair bukanlah kesengajaan karena beliau berkenalan dengan puisi secara tidak
sengaja. Putra Sadyoko dan Sapariyah ini merupakan anak sulung dari dua
bersaudara. Orang tua Sapardi merupakan abdi dalem Keraton Surakarta. Sejak
belia, Sapardi sering membenamkan diri dalam tulisan-tulisan, bahkan beliau pernah menulis sebanyak delapan belas
sajak hanya dalam satu malam.
0 comments