CINTA…….,
sesuatu yang indah dalam dunia remaja. Cinta, sesuatu yang sangat
menyesakkan dada. Cinta, membuat orang menjadi berbunga-bunga. Seperti
lagu dangdut, mau tidur teringat padamu, mau makan teringat padamu,
mau minum teringat padamu, mau apapun teringat dirimu, kekasihku. Namun
berhati-hatilah dalam bermain cinta, jangan sampai jadi cinta monyet.
Awalnya mata saling bertatapan. Bibir saling tersenyum, kemudian saling mengenal dan akhirnya jadian. Pada saat yang tepat, sang laki-laki akan mencoba menyentuh tangan si cewek. Mas, kok pegang-pegang tangan sih, kata si cewek malu-malu kucing. Ah, nggak apa-apa, kan cuma sedikit, balas si cowok. Setelah berani memegang tangan, lalu meningkat, mencoba memegang pinggang. Mas, kok pegang-pegang sih, kata si cewek, dengan nada protes tapi setenga hati. Nggak apa-apa, kan hanya sedikit saja, jawab si cowok nggak mau kalah.
Ketika sudah mulai memegang ini dan itu, maka semakin lama setan semakin lihai bermain. Dia membisikan kesenangan sesaat atas nama cinta itu bisa membuat manusia terlena. Apalagi nafsu anak muda yang sedang membara. Maka tak heran, dua manusia yang bukan muhrim itu semakin berani berbuat dosa. Jika ini sudah terjadi, tak jarang kedua mencari tempat-tempat sunyi dan sepi, misal rumah kosong, rumah hantu, hutan, pojokan parkiran, bahkan kuburan pun jadi ajang kemesraan. Astaghfirullah. Maklum, mau ke hotel nggak ada duit. Maka jurus hemat menjadi jalan keluar¦
Berbulan-bulan, bertahun tahun menjalin cinta akhirnya si cewek berbadan dua alias bunting. Kalau sudah begini apa yang terjadi. Penyesalan, titik. Hanya tangis yang bisa menjadi pelarian. Siapa yang susah?. Orang tua, keluarga, bahkan diri sendiri tersiksa. Si cowok lalu kemana? Katanya cinta setengah hidup, tapi giliran perut sudah berisi ditinggal pergi, nggak tanggungjawab.
Si cewek hanya bisa nyanyi ala Ayu Ting Ting, ke sana kemari membawa alamat, namun yang kutemui bukan dirinya sayaang, yang kuterima alamat palsu, kutanya sama teman-teman semua, tetapi mereka bilang tidak tahu, mungkin diriku sudah tertipu membuat aku frustasi dibuatnya.
Maka, berhati-hatilah wahai para wanita, karena yang paling dirugikan adalah anda. Kenapa kita berani menomor sepuluhkan orangtua demi yang namanya cita. Kita sering mengorbankan masa depan demi yang namanya cinta. Padahal cintanya, cinta monyet. Tertipu monyet saja nggak pernah sembarangan jatuh cinta he he
Lalu apakah ada pacaran dalam Islam? Dalam Islam tidak mengenal pacaran, yang di kenal adalah taaruf. Istilah taaruf dalam Islam sesungguhnya mengajarkan laki-laki memiliki sifat gentle. Kalau memang suka, temui keluarganya, minta baik-baik. Merekalah yang paling berhak atas sang anak wanita, selama si wanita itu belum bersuami. Sedangkan wanita, wajib mencari informasi, siapa sang laki-laki, siapa keluarganya, apa visinya, dan lain-lain. Setelah cocok ayo menikah.
Berbeda dengan pacaran, diajak nikah ogah, diajak berkeluarga nanti dulu. Cinta sejati saling menghargai. Cinta sejati mengenal aturan, tidak ngawuran. Cinta sejati mengenal norma, tak bertindak dosa. Cinta sejati membutuhkan Ijab qobul, ke dua mempelai, dua orang saksi, dan wali.
Awalnya mata saling bertatapan. Bibir saling tersenyum, kemudian saling mengenal dan akhirnya jadian. Pada saat yang tepat, sang laki-laki akan mencoba menyentuh tangan si cewek. Mas, kok pegang-pegang tangan sih, kata si cewek malu-malu kucing. Ah, nggak apa-apa, kan cuma sedikit, balas si cowok. Setelah berani memegang tangan, lalu meningkat, mencoba memegang pinggang. Mas, kok pegang-pegang sih, kata si cewek, dengan nada protes tapi setenga hati. Nggak apa-apa, kan hanya sedikit saja, jawab si cowok nggak mau kalah.
Ketika sudah mulai memegang ini dan itu, maka semakin lama setan semakin lihai bermain. Dia membisikan kesenangan sesaat atas nama cinta itu bisa membuat manusia terlena. Apalagi nafsu anak muda yang sedang membara. Maka tak heran, dua manusia yang bukan muhrim itu semakin berani berbuat dosa. Jika ini sudah terjadi, tak jarang kedua mencari tempat-tempat sunyi dan sepi, misal rumah kosong, rumah hantu, hutan, pojokan parkiran, bahkan kuburan pun jadi ajang kemesraan. Astaghfirullah. Maklum, mau ke hotel nggak ada duit. Maka jurus hemat menjadi jalan keluar¦
Berbulan-bulan, bertahun tahun menjalin cinta akhirnya si cewek berbadan dua alias bunting. Kalau sudah begini apa yang terjadi. Penyesalan, titik. Hanya tangis yang bisa menjadi pelarian. Siapa yang susah?. Orang tua, keluarga, bahkan diri sendiri tersiksa. Si cowok lalu kemana? Katanya cinta setengah hidup, tapi giliran perut sudah berisi ditinggal pergi, nggak tanggungjawab.
Si cewek hanya bisa nyanyi ala Ayu Ting Ting, ke sana kemari membawa alamat, namun yang kutemui bukan dirinya sayaang, yang kuterima alamat palsu, kutanya sama teman-teman semua, tetapi mereka bilang tidak tahu, mungkin diriku sudah tertipu membuat aku frustasi dibuatnya.
Maka, berhati-hatilah wahai para wanita, karena yang paling dirugikan adalah anda. Kenapa kita berani menomor sepuluhkan orangtua demi yang namanya cita. Kita sering mengorbankan masa depan demi yang namanya cinta. Padahal cintanya, cinta monyet. Tertipu monyet saja nggak pernah sembarangan jatuh cinta he he
Lalu apakah ada pacaran dalam Islam? Dalam Islam tidak mengenal pacaran, yang di kenal adalah taaruf. Istilah taaruf dalam Islam sesungguhnya mengajarkan laki-laki memiliki sifat gentle. Kalau memang suka, temui keluarganya, minta baik-baik. Merekalah yang paling berhak atas sang anak wanita, selama si wanita itu belum bersuami. Sedangkan wanita, wajib mencari informasi, siapa sang laki-laki, siapa keluarganya, apa visinya, dan lain-lain. Setelah cocok ayo menikah.
Berbeda dengan pacaran, diajak nikah ogah, diajak berkeluarga nanti dulu. Cinta sejati saling menghargai. Cinta sejati mengenal aturan, tidak ngawuran. Cinta sejati mengenal norma, tak bertindak dosa. Cinta sejati membutuhkan Ijab qobul, ke dua mempelai, dua orang saksi, dan wali.
by:Alfan Arifuddin (Media Ummat)
0 comments